Ya Nabi, aku meng-ingin:
turut serta mengumandangkan namamu.
Tapi bibirku tak pernah basah.
Pada nada kesia-siaan mulutku menggubah.
Ya Nabi, aku merindu:
puja-puji selawat mencumbu kupingku.
Tapi yang menyapaku hanya nyanyian
rintihan hampa dan jerit kegaduhan.
Ya Nabi, aku mendamba:
kerlip pelita wajahmu menyapa malamku.
Tapi justru kusumpalkan segunung dosa
di mataku tinggal gelap segala nyala.
Ya Nabi, aku mengimpi:
mendiami keabadian dengan syafaatmu.
Tapi lelakuku hanya diam dan mendiamkan
sunnahmu bertukar-tukar dengan kesesatan.
Ya Nabi, aku mengiba:
dalam sunyi engkau menyorotkan cahaya.
Tapi bagaimana bisa aku mengikutimu
jika kalbu membatu terbelenggu nafsu?
Ya Nabi, aku menyeru:
Engkau Muhammadku, oh Muhammadku.
Tapi pantaskah aku mengungkap kerinduan
jika dzikirku hanya luapan kealpaan?
Ya Nabi, akhirnya aku mendoa:
pada Pencipta nuur-mu yang mulia.
Semoga dipantaskan juga diperkenankan
berjumpa denganmu di lorong penantian.
-Sam Palgunadi-
Pati, 22 Oktober 2021