Menulis untuk sebuah pencarian yang tak berkesudahan. Menulis untuk mengaktualisasi yang asalnya cuma bayang-bayang. Menulis untuk merumuskan lintasan-lintasan yang tiba-tiba muncul dalam pikiran. Menulis untuk menyapa lembutnya hati dan dalamnya perasaan. Menulis untuk secara perlahan dan terus-menerus menguatkan keyakinan. Menulis untuk memaknai setiap torehan dan liku kehidupan. Menulis untuk berupaya menggapai hakikat dan kesejatian.

Sabtu, 27 November 2021

Bukan Secangkir Kopi #1

Catatan ini aku mulai pada hari Minggu dini hari, 24 Oktober 2021 di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML), saat sedang menunggui Emak di ruang tunggu ICU RSML. Aku merasa sangat sulit berdamai dengan perasaanku, dan mencoba mengendurkan urat saraf kegelisahan, ketakutan, kesedihan dan entah apa lagi, dengan menulis.

Emak didiagnosis bergejala gagal napas tipe 2 karena kadar karbon dioksida yang tertinggal di paru-paru tinggi 120 mm Hg. Juga hasil rontgen terakhir menunjukkan adanya pneumonia di paru-paru Emak, menyebabkan Emak harus dirawat di ruang isolasi ICU sampai hasil PCR Swab keluar. Jika kondisi makin memburuk maka akan dilakukan pemasangan alat bantu pernafasan ventilator.