Menulis untuk sebuah pencarian yang tak berkesudahan. Menulis untuk mengaktualisasi yang asalnya cuma bayang-bayang. Menulis untuk merumuskan lintasan-lintasan yang tiba-tiba muncul dalam pikiran. Menulis untuk menyapa lembutnya hati dan dalamnya perasaan. Menulis untuk secara perlahan dan terus-menerus menguatkan keyakinan. Menulis untuk memaknai setiap torehan dan liku kehidupan. Menulis untuk berupaya menggapai hakikat dan kesejatian.

Minggu, 26 Desember 2021

Bukan Secangkir Kopi #3


Pada malam hari saat adzan isya berkumandang, 25 Oktober 2021 aku dipersilahkan duduk di depan seorang dokter jaga ruang perawatan ICU RSML oleh perawat yang sebelumnya memintaku mengambilkan obat untuk Emak di Dipo Farmasi.

"Informasi apa yang bapak inginkan dari kami?"

"Hanya ingin mengetahui perkembangan kondisi ibu, Dok. Dari kemaren sore kami belum dapat informasi."

Sabtu, 04 Desember 2021

Bukan Secangkir Kopi #2


Pagi ini terasa bisu benar, tak ada keinginanku untuk membicarakan sesuatu dengan Bapak atau Dek Afid. Hanya sesekali menanyakan sesuatu yang penting, kemudian diam lagi dan diam terus. Sepertinya perasaanku menjadi demikian sensitif, sehingga tubuhku dengan sendirinya menghindari sesuatu yang berpotensi menjadikan tidak enak hati.

Dalam suasana seperti ini di hari-hari biasa akan sangat mudah digunakan untuk tidur. Tapi sekali ini aku tidak ingin rasanya, atau mungkin juga tidak bisa. Perasaan berdebar-debar sangat mendominasi, atau barangkali lebih tepatnya perpaduan antara perasaan takut, harap dan cemas. Apa penyebabnya? Tidak lain ialah suara speaker panggilan untuk keluarga pasien ICU Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML).

Sabtu, 27 November 2021

Bukan Secangkir Kopi #1

Catatan ini aku mulai pada hari Minggu dini hari, 24 Oktober 2021 di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML), saat sedang menunggui Emak di ruang tunggu ICU RSML. Aku merasa sangat sulit berdamai dengan perasaanku, dan mencoba mengendurkan urat saraf kegelisahan, ketakutan, kesedihan dan entah apa lagi, dengan menulis.

Emak didiagnosis bergejala gagal napas tipe 2 karena kadar karbon dioksida yang tertinggal di paru-paru tinggi 120 mm Hg. Juga hasil rontgen terakhir menunjukkan adanya pneumonia di paru-paru Emak, menyebabkan Emak harus dirawat di ruang isolasi ICU sampai hasil PCR Swab keluar. Jika kondisi makin memburuk maka akan dilakukan pemasangan alat bantu pernafasan ventilator.

Selasa, 12 Oktober 2021

Secangkir Kopi #6


Sekali ini, aku ingin menulis pengalaman bermeditasi, yang secara pemahaman makna dan tata cara pengamalannya, sedikit-sedikit aku mendapatkan ilmunya dari Gus Candra Malik saat mengikuti kelas meditasi di Surabaya sekitar bulan April dan Agustus 2017. Berkaitan dengan meditasi ini ada beberapa kejadian unik dalam hidup yang membuatku tertarik mempelajarinya. Salah satu diantaranya aku alami sebelum aku mengikuti kelas meditasi, bahkan sebelum aku tau meditasi itu apa.

Minggu, 03 Oktober 2021

Secangkir Kopi #5


Setelah sekian lama istirahat dari kata-kata, atau lebih tepatnya istirahat nge-blog, catatan ini mungkin akan menjadi postingan pertamaku di Padepokan Santri 76 ini sejak Desember 2017. Semoga aku diizinkan Gusti Allah untuk merampungkan dan bisa konsisten menulis ke depannya.


Oiya, saat catatan ini kubuat, aku sudah tiga tahun kurang enam hari tinggal di kota Pati. Aku menyebutnya kota "Pantura Satu". Tentu saja, kota "Pantura Satu" adalah seri lanjutan dari kota "Matahari Terbit" dan kota "Waktu Dhuha" yang pemaknaan akannya sudah kutuangkan dalam kolom "Secangkir Kopi" postingan-postingan sebelumnya. Aku memilih nama "Pantura Satu" karena dalam bayangan perasaan batinku (di dalamnya mungkin juga tersemat harapan dan doa), di masa-masa mendatang aku merasa akan meninggali kota "Pantura Dua", "Pantura Tiga" dan seterusnya. Seingatku karena itu saja sih, mungkin kurang mungkin juga lebih.