Menulis untuk sebuah pencarian yang tak berkesudahan. Menulis untuk mengaktualisasi yang asalnya cuma bayang-bayang. Menulis untuk merumuskan lintasan-lintasan yang tiba-tiba muncul dalam pikiran. Menulis untuk menyapa lembutnya hati dan dalamnya perasaan. Menulis untuk secara perlahan dan terus-menerus menguatkan keyakinan. Menulis untuk memaknai setiap torehan dan liku kehidupan. Menulis untuk berupaya menggapai hakikat dan kesejatian.

Minggu, 11 November 2012

Guru dalam Ranah Moral-Spiritual


Seorang guru dapat diibaratkan sebagai setetes pewarna yang dijatuhkan ke dalam suatu genangan air. Perlahan-lahan sejumlah air tersebut akan terkontaminasi oleh pewarna. Air akan berubah menjadi merah, kuning, hijau, atau mungkin hitam. Secara ilmu tampak, hampir pasti sejumlah air akan dipengarui oleh pewarna yang diteteskan ke dalamnya, walau tidak sampai mengubah sifat dasarnya. Pewarna yang hanya setetes itu, mampu menguubah air yang berkubik-kubik, walau tingkat pengaruhnya tergantung jumlah air dan konsentrasi pewarnanya.

Analogi ini bukan tanpa cela. Setidaknya tidak setiap pewarna yang diteteskan ke dalam air akan dapat mengubah sejumlah air tersebut secara keseluruhan. Air yang mengalir contohnya, amat sulit setetes pewarna mengubahnya. Pun demikian dengan air laut, air hujan sebelum tergenang di tanah, dan beberapa macam air lain yang penulis belum mengetahuinya.

Tapi tidak. Penulis tidak ingin membahas guru pada tataran filosofis. Filsafat memanglah dasar kehidupan, tetapi ia hanya tulang-belulang. Penulis di sini lebih tertarik membahas kulit luarnya yang tampak dan dekat dengan realita kehidupan. Yakni guru sebagai sosok yang sejak dini mengarahkan pendidikan bagi murid-muridnya, yang menunjukkan ilmu pengetahuan baik itu yang bersifat umum maupun agama, serta yang menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual pada generasi muda.

Jumat, 10 Agustus 2012

Dinda = Cahaya?


Siang hari begitu terang oleh sinar matahari yang menyala. Bangunan dunia dibuat gemerlap oleh taburan cahaya sejuta warna. Gunung, sungai, gurun dan padang rumput rela ditelanjangi sehingga nampak kemolekannya. Betapa alam sedang menampakkan pesonanya yang seolah tanpa cela.
Tetapi tidakkah kecerahan masih menyisakan lorong-lorong gelap di dalamnya? Adakah masih tersisa tempat yang hitam pekat tanpa seberkas pun cahaya? Adakah manusia yang sedia mendiami kegelapan itu saat segala isi dunia terang dan menyala?
Sam. Barangkali dialah contoh pemuda yang pekerjaannya bergelut dengan kegelapan. Tiada lain yang dilakukannya setiap hari kecuali mencari berkas-berkas cahaya. Hanya cahaya, cahaya dan cahaya yang dipedulikannya, walau hanya setitik yang ia dapatkan, walau hanya sebesar kunang-kunang, walau cuma sekelebat pandangan.

Kamis, 09 Agustus 2012

Senyuman Lathifa


Sudah dua bulan lebih aku berjibaku dengan  kegiatan pesantren. Kegiatan yang padat, tapi  rasanya tak membosankan. Barangkali itu karena menjadi santri adalah keinginanku sendiri sejak semula. Sehingga sedikit-banyak memotivasiku untuk berusaha menikmati kehidupan pesantren yang terbilang jauh berbeda dengan kehidupanku di rumah sebelumnya: yang dilayani, yang semua terpenuhi. Bagaimanapun, seperti yang dinasihatkan bapak kepadaku, aku harus konsisten dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah aku buat sendiri. Tidak ada alasan bagiku untuk mengeluhkan semua itu.

Jumat, 03 Agustus 2012

Do'a Kelas 3Y


Ya Allah..
Wahai Dzat Pengasuh umat manusia.
Sesungguhnya segala pertemuan dalam kebaikan adalah gagasan-Mu.
Sesungguhnya anjuran untuk bersama dalam kebaikan adalah perintah-Mu.
Maka, Engkau pulalah yang sesungguhnya menyiapkan tempat penuh kemesraan ini bagi kami kelas 3Y Akuntansi.
Engkau yang menggerakkan hati kami untuk sedia berbagi dalam kebersamaan, kenikmatan dan kebahagiaan.
Engkau yang memperkerjakan malaikat-malaikat-Mu untuk membantu memelihara kemesraan kami, mempertahankan kenikmatan kami, dan memperkokoh kebahagiaan kami.

Selasa, 17 Juli 2012

Selamat Pagi

Dengan namamu.
Aku berucap sapa mengawal dininya waktu.
Melalui namamu,
Pagi mendendang irama sunyi dalam kalbu.

Puji syukur pada-Mu Illahi.
Atas anugerah senyum yang menari-nari,
Bersama curahan demi curahan hangat sinar mentari.
Segar nafasmu berhembus menyokong lemahnya hati.

Selamat pagi perjalanan.
Bersamamu aku mengecap sejuta kahanan.
Menapaki hari-hari temui pengalaman demi pengalaman.

Selasa, 10 Juli 2012

Nasihat Emak II


Kamu sering berubah-ubah, Nak. Sulit rasanya mengetahui isi hatimu, walau hanya seuntai yang kumau.

Ingatlah, Nak. Yang kamu mau sungguh tak ada! Bahagia itu selalu beriring dengan derita, surga dengan neraka. Tak mungkin kamu hanya memilih enaknya.

Jika kamu memang menghendaki bahagia, kamu bisa membuatnya ada, Nak, di hatimu. Yang penting kamu terlebih dahulu bersedia ikhlas menerima.

Rabu, 04 Juli 2012

Hampa Sunyi



Ketika pagi mulai bersua,
sungguh malam telah tiada.
Kekosongan pun menemukan isinya,
usai bergelut dengan hampa.

Kosong dan isi dapat bertemu.
Begitu pula dengan cinta dan benci,
yang disatukan oleh rindu.

Saat rindu berkuasa,
adakah dapat mengurai benci dalam kehadiran cinta?
Tidakkah benci telah remuk, cinta hilang bentuk?

Dalam perpisahan.
Cinta adalah kesunyian.
Benci itu kehampaan.
Sedang rindu jarak antara hampa-sunyi yang memisahkan.

Dalam pertemuan.
Cinta menjelma kesyahduan.
Benci menyematkan kegelisahan.
Pada rindu laksana dahaga terpuaskan oleh hujan.

Akhirnya semua berujung pada kesejatian.
Dimana cinta telah melebur dalam keindahan.
Benci dalam kedamaian.
Dan rindu tenang dalam kebijaksanaan.


Jalan Kayoon 28
04 Juli 2012 10:55
Sumber Gambar

Selasa, 03 Juli 2012

Nasihat Emak I



Ingatlah, Nak! harta bukanlah segala-galanya, tak pernah menjamin tenteram - bahagia seorang pun di dunia.

Ingatlah, Nak! Kesediaan bersyukur dan menerima lah yang utama. Betapa banyak orang kaya tapi tak pernah bisa menikmati hartanya.

Kamis, 10 Mei 2012

Di Atas Pusara

Aku tulis ini  untuk mengenang seorang teman yang telah lebih dulu berpulang,
Abdullah Faqih (Mbah).


Belum sempurna malam melukis gelap.
Suara di kejauhan datang mengusik.
Melontar seuntai khabar.
Sungguh pahit melilit menghimpit.

Kapala tak henti-henti kenangkan kisah:
Derai canda, semangat juang, luapan keluh.
Yang dahulu telah tergoreskan.
Bersanding rajutan mimpi untuk hari depan.

Engkau telah berpulang, teman.
Terlampau cepat rasanya.
Belum lagi aku sempat bersua.
Kita teguk secangkir kopi berdua.

Kamis, 26 April 2012

Derap Langkah


Dalam derap langkah.
Ketika tinggal seutas asa tersisa dalam jiwa yang lelah.
Ingatlah,
langit selalu bentangkan sejuta anugrah.

Rabu, 04 April 2012

Rizal dan Maling (3)


Bel berbunyi dua kali saat pagi menjelang siang adalah tanda yang menyenangkan bagi santri, menandakan waktu istirahat pertama dimulai. Termasuk juga di sekolah Rizal, SMA II Nurul Huda itu juga memiliki tanda istirahat yang sama dengan sekolah-sekolah setingkat SMA lain, yang juga berada di lingkungan pesantren. Saat istirahat pertama itu, bagi Rizal dan sebagian besar teman-temannya adalah saat untuk sarapan pagi. Serangkaian kegiatan pagi di pesantren memang cenderung tidak memberi cukup waktu bagi mereka untuk sarapan, sehingga mereka harus melakukannya sekitar jam sepuluh siang. Di saat seperti itu mereka langsung menuju kantin pesantren, yang letaknya tak jauh dari sekolah.

Rizal dan Maling (2)


Kurang lebih jam sembilan malam, ketika ustaz Irfan menutup ngajinya. Secara bergantian santri-santri menyalami dan menciumi tangan sang guru. Bagi santri, ketika ia menimba ilmu mencintai guru adalah yang paling utama, baru kemudian mencintai ilmunya, dan mencintai tempat atau almamaternya.

Usai mengaji, santri-santri tampak senang. Bagaimanapun itu adalah saat di mana mereka dapat melepas penat setelah beraktivitas seharian. Sejak kumandang azan subuh semua santri At-Taqwa setiap harinya selalu sibuk dengan berbagai aktivitas. Dan usai mengaji itu, adalah saat yang bebas bagi mereka, tentunya dengan mengingat aturan dan norma pesantren yang ada. Di antara para santri ada yang muthola’ah pelajaran, mengerjakan tugas sekolah, bercengkerama, pergi ke warung, dan ada yang langsung tidur juga.

Rizal dan Maling (1)


Matahari mulai meredupkan cahayanya di ufuk barat. Sebelum benar-benar tenggelam, sebentar-sebentar ia masih sempatkan mengintip bumi dari kejauhan, mengamat-amati tingkah polah manusia menjelang petang. Ia ingin pastikan masih adakah jiwa-jiwa bermunajat mensucikan Dzat Sang Pencipta? Adakah bibir-bibir basah karena mengagungkan dan memuji nama-Nya? Adakah jeritan-jeritan istigfar dari insan-insan penghuni semesta yang penuh dosa? Dan matahari pun tersenyum bahagia, ketika mendapatinya pada santri-santri asrama At-Taqwa pondok pesantren Nurul Huda.

Minggu, 11 Maret 2012

Aku Bukan Aku



Dalam malam sebelum penghabisan.
Tinggal aku, cicak, nyamuk, kecoak, laba-laba.

Jumat, 09 Maret 2012

Mendaki Gunung Kehidupan


Oleh: Saifuddin Du

Aku sudah memikirkannya masak-masak, pelan-pelan ia telah dapat kuterima sepenuhnya. Bukan sebuah kebetulan, tetapi memang karena telah ada sekenario yang pasti. Aku pun mulai meyakini tak ada satu kejadian pun di jagad raya ini tanpa campur tangannya. Betul adalah benar, maka kebetulan sama halnya dengan kebenaran. Sekarang aku mencoba untuk menuliskannya, untuk sedapatnya memetakan isi dalam kepalaku. Memang tak akan pernah ada rumusan yang pasti, tapi paling tidak menulis itu untuk mengaktualisasi yang asalnya cuma bayang-bayang, yang hanya lintasan-lintasan yang tiba-tiba muncul dalam pikiran, yang menyapa di lembutnya perasaan, yang kemudian secara perlahan membentuk suatu keyakinan. 

Paling tidak itulah bunyi gejolak hatiku sebelum mulai menulis catatan ini. Catatan ini sendiri berawal dari sebuah testimoni

Selasa, 14 Februari 2012

Sajak Rindu II



Tembang itu..
Ingatkanku pada lembut suaramu.
Pada serasi bibir mungilmu saat melantun merdu.
Hingga membawaku lalui gerbang rindu.

Sajak Rindu I


Terangan saat-saat bersamamu.
Terkesan simpul indah di senyummu.
Terkenang sepenggal kisah tentangmu.
Semua terangkum dalam kata yang satu: rindu.

Sabtu, 04 Februari 2012

Aku Terasing



Malam larut dalam lautan bisu.
Ombak semakin surut seiring dentum waktu.
Perjalanan membawa arus kian menepi.
Jerita-jeritan kalbu terdengar lirih dalam sepi.

Selasa, 24 Januari 2012

Aku Adalah Apa yang Ada Di Hatiku

Selepas malam suguhkan mimpi.
Awan hitam selimuti langit pagi.
Runtuhkan segala keteguhan hati.
Hilangkan beribu rajutan mimpi.

Aku terkekang dalam sepi.
Pergi mencari seorang diri.

Aku mengembara dalam angan.
Duduk bersiul merindu hujan.
Di tengah lapang kering kerontang.

Akankah kan kudapat jawaban?
Ketika awan hitam pun enggan.
Rintikkan tetes demi tetes kasih sayang.

Minggu, 22 Januari 2012

Kakek di Penghujung Jalan

Oleh: Saifuddin Du
Terinspirasi dari pengalaman pribadi


Aku menjadi teringat beberapa saat sebelum ia datang, seorang kakek yang menceritakannya padaku. Aku sendiri kadang merasa menyesal juga, jika mengingat saat-saat itu. Karena usiaku yang masih anak-anak, aku enggan memenuhi permintaan kakek. Ucapan itu kini kembali terngiang di kepalaku, mengingatkanku pada sosoknya, keteladanannya, juga nasihat-nasihatnya.

Waktu itu mentari senja benar-benar menampakkan pesonanya. Kegagahannya terpampang dari cerahnya hamparan awan di cakrawala. Semakin lama ia semakin merundukkan cahaya, seolah sang ufuk secara perlahan menarik peredarannya. Di akhir sebelum ia tenggelam, ia sempatkan menyulam berkas-berkas sinar keemasan di celah-celah pohon mangga, tepat di bawahnya dua insan kakek dan cucunya dengan hangat sedang bercengkerama.

Rabu, 18 Januari 2012

Malam Kebersamaan

Oleh: Saifuddin Du
Puisi ini terinspirasi oleh teman-teman kelas 3Y Akuntansi STAN. Secara khusus saya ucapkan terima  kasih untuk saudara Lutfil Hakim.:)

Tentangmu...
Aku teringat saat-saat telah berlalu.
Saat pertama dipertemukan waktu.
Saat menapaki tangga samester baru.

Kini, kita di sini, Teman.
Puncak bogor menjadi saksi di kebisuan.
Berkisah bocah 3Y menyusun impian.
Di keheningan malam kebersamaan.

Jumat, 13 Januari 2012

Mencari Tau

Oleh: Saifuddin Du
Dalam malam sepi.
Ketika angan hendak menuntun ke dunia mimpi.
Tampak olehku secercah cahaya menyinari.
Semakin elok bersandingkan kenangan dalam hati.
Hingga ingin rasanya tangan ini segera menggapai.

Dan lalu.
Angin malam pun bertanya padaku.
Siapakah gerangan cahaya elok itu?
Aku jawab, “dialah kamu.”
Yang sedang di sana dinina-bobokan waktu.

Rabu, 11 Januari 2012

Surat Pertama (2)

Oleh: Saifuddin Du
Sepenggal Kisah ini merupakan kelanjutan dari kisah sebelumnya: Surat Pertama (1)


Detik demi detik mengiringkan perjalanan waktu menuju malam. Setelah matahari tenggelam, kabut hitam menyebar menggantikan cerahnya awan-awan, menyemburkan kegelapan ke angkasa secara perlahan. Sementara di atas gedung akper pesantren Jombang, burung Cirak dengan lincah beterbangan. Bersuara berat menggeram, membuat anak-anak kecil lari ketakutan. Ketika itu angin malam berhembus dengan kencang, menggerak-gerakkan tujuh pohon tinggi di taman. Daun-daun pun gugur berserakan, menunggui para santri esok pagi menyapu halaman.

Selasa, 10 Januari 2012

Selamat Jalan

Oleh: Saifuddin Du

Kembali mengisak dalam ingatan.
Saat kota pahlawan menyeru mengundang.
Secara perlahan berikan harapan.
Tak berwujud di kenyataan.

Kembali kuharus yakinkan.
Duniaku sebatas angan.
Harapku hanya lamunan.
Yang tak kutau sampai kapan?

Senin, 09 Januari 2012

Untukmu di Tahun yang Berganti

Oleh: Saifuddin Du

Saat malam terhenti di permulaan pagi.
Seberkas sinar terbit membuka hari.
Secara perlahan sinar itu beranjak tinggi.
Menjadi sempurna ketika di tengah hari.
Ke ufuk barat ia lalu jalan menghampiri.
Hingga maghrib mengusirnya menghilang-pergi.