Manusia, kata yang memang selalu menarik untuk diamati, dipelajari dan dikaji. Saya pikir hal itu wajar saja, dari manusia selalu bisa didapatkan sesuatu yang berbeda dan baru. Manusia dengan sifat-sifatnya, manusia dengan semua tingkah polahnya, hubungan manusia dengan sesamanya, Tuhannya, alam semesta dan masih banyak lagi. Tentu saja saya tidak akan menuliskan semuanya, sangat kurang ilmu dan pengetahuan saya tentang itu. Disini saya hanya akan menuliskan sedikit catatan saya tentang manusia yang saya dapatkan entah itu dari pengamatan ataupun pergaulan, kemudian nantinya mencoba menghubungkan dengan pengetahuan saya.
Manusia memang diciptakan bermacam-macam, diamati atau tidak saya yakin semua orang akan setuju dengan hal itu. Semakin diamati detailnya, maka akan didapatkan semakin banyak perbedaan. Bahkan ada yang bisa melihat jeroan (pedalaman) manusia dari telapak tangannya, raut mukanya dan lain-lain. Dinilai berdasarkan sifat-sifatnya akan didapatkan manusia penyayang, baik hati, lemah lembut, perasa dan lain-lain. Namun ada juga manusia yang kebalikan dari itu: pemarah, kikir, kasar, kaku dan lain-lain. Dilihat dari tingkah polahnya ada manusia yang banyak bicara tetapi sedikit bekerja dan tidak tau-menau maksudnya; ada lagi manusia yang sedikit bicara, banyak bekerja namun tidak tau-menau maksudnya; ada juga manusia yang sedikit bicara, banyak bekerja dan tau betul maksudnya; dan tentunya masih banyak lagi kemungkinan selainnya. Pengetahuan akan hal itu paling tidak nantinya bisa mempengaruhi pola pikir dan aktivitas manusia entah itu dalam bentuk lebih berhati-hati, peduli atau yang lain.
Dari banyaknya kemungkinan sifat dan tingkah polah manusia, kemudian akan timbul pertanyaan berikut: Tidak adil dong perbedaan-perbedaan itu, kasian mereka yang terlanjur diciptakan dengan sifat-sifat dan tingkah polah yang kurang baik?. Pertanyaan tersebut memang masuk akal, bagaimanapun akan ada banyak sekali yang ikut membentuk kepribadian manusia, sifat dan tingkah polahnya. Sebut saja orang tua, lingkungan, pergaulan dan lain-lain. Sebagai contoh orang yang hidup di Jawa berbeda sifat dan tingkah polah dengan yang hidup di Sumatera, yang orang tuanya maling berbeda dengan yang orang tuanya ulama, dan masih banyak lagi. Padahal orang-orang tersebut tidak ikut menentukan semua itu. Pertanyaan seperti itu dapat dijawab dari beberapa argumen berikut:
- Manusia telah dibekali dengan hati dan akal pikiran dimana dengan bekal itu ketika telah cukup usia, manusia dapat membedakan, memilah dan memilih mana yang akan dilakukan atau ditinggalkannya.
- Tuhan tiada menilai perbuatan manusia dari sifat-sifatnya dan baik atau buruk tingkah polahnya, tetapi antara yang diridloi-Nya atau tidak. Berapa besar pun kebaikan yang dilakukan manusia tiada menambah kebesaran-Nya dan berapa besar pun keburukan manusia tiada mengurangi keagungan-Nya.
- Pada semua manusia akan selalu dijumpai kekurangan dan kelebihan. Itu memang hakikat penciptaannya, dimana manusia yang satu tiada yang lebih segala-galanya dari yang lainnya. Maka tidak dapat dibenarkan manusia yang merasa lebih atau kurang dari sesamanya.
Pengetahuan tentang banyaknya kemungkinan sifat dan tingkah polah manusia akan membawa pada suatu manfaat, antara lain dapat menumbuhkan sifat saling menghormati, menghargai dan ikut berempati kepada manusia lain. Seperi yang dituliskan Chairil Anwar dalam salah satu bait puisinya berjudul “Pemberian Tahu”, manusia memang memiliki nasib yang merupakan kesunyian masing-masing, antara manusia yang satu berbeda dengan manusia yang lain. Ada manusia yang merasa lebih tenang dengan diam, ada yang memang suka bicara, ada juga yang baru merasa senang ketika telah melakukan sesuatu. Dari semua kemungkinan itu tiada yang lebih mulia, kecuali yang lebih banyak kadar manfaat kepada sesamanya. Dan manusia pun tiada berhak untuk menilai itu, semua terserah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Barangkali akan ada juga yang bertanya tentang alasan mengamati manusia yang menghabiskan waktu dan tiada sangkut pautnya diri sendiri itu. Disini yang saya maksudkan mengamati bukan untuk mencari-cari kesalahan orang lain yang kemudian merendahkan atau memfitnahnya, akan tetapi mengamati untuk saling mengenal. Dan ternyata Tuhan pun dalam firmannya mengatakan demikian. Dalam Al-Qur'an Tuhan mengatakan bahwa telah menciptakan manusia itu: Syu'uban wa qabaila lita'arafu (bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal). Yang dimaksud mengenal disini tidak sekedar bersalaman kemudian saling tahu nama masing-masing dan bergaul. Karena ternyata ada juga manusia yang tidak suka dengan proses cepat itu, dan kembali lagi itu kesunyian masing-masing. Yang dimaksud mengenal disini adalah mengenal sifat-sifat dan tingkah polah manusia yang nantinya membawa kepada sifat saling menghormati, menghargai dan ikut berempati seperti yang telah disebutkan di atas tadi. Wallahu a'lam
Ditulis di:
Kalimongso, 28 Juni 2011 11:01